fk@fk.uns.ac.id +62 271 664178

Catatan Perjalanan Carstenzs Piramyd


Tahun 2018, bertepatan dengan lustrum PMPA Vagus ke-7 dengan kata lain tahun ini vagus genap berumur 35 tahun. Bertepatan dengan hal itu vagus mengadakan proker 7summit Indonesia. Dan kebetulan juga tahun ini adalah tahun penutup ekspedisi 7summit Indonesia. Dengan gunung tujuan yang tertinggi terjauh dan tersusah yaitu gunung carstenzs piramyd dipegunungan Jayawijaya di pulau Papua. Ekpedisi carstenzs ini terbuka bagi seluruh anggota Vagus. Hal itu cukup tertantang dan menarik antusias saya untuk daftar menjadi delegasi atletnya. Pendaftaran dibuka pada akhir tahun ini. Dengan mengikuti syarat dan alur pendaftaran, saya masuk terdaftar jadi calon delegasi atlet. Dan tidak lama saya menerima informasi jikalau saya masuk dalam seleksi awal, yang hanya diambil 2 bakal calon atlet.



Tahap selanjutnya adalah sesi latihan dan seleksi fisik. Kami dilatih dan diberikan materi-materi terkait dengan persiapan pendakian Carstenzs. Selama dua bulan lebih kami berlatih bersama saling meningkatkan kekuatan fisik serta mental guna menyiapkan ekpedisi tersebut. Rencana awal dari panita kami akan diberangkatkan pada bulan Agustus. Namun karena berbagai hal yang terjadi sehingga pendakian diundur sampai situasi memungkinkan. Dan kembali focus latihan karena siap tidak siap sewaktu-waktu bisa diberangkatkan kata panitia. Tidak ada hujan tidak ada angina tiba-tiba saya mendapat kabar bahwa 4 hari lagi harus siap diberangkat ke Papua. Tetapi dari pihak panitia ternyata hanya dapat memberangkatkan satu orang atlet. Kebetulan partner saya berhalangan untuk dapat berangkat pada hari tersebut, dengan kata lain saya yang terpilih. Segara saya menyiapkan barang yang akan dibawa ke Carstenzs untuk sekitar 7 hari kedepan. Tak luput perihal keselamatan menjadi yang utama, dikarenaka gunung ini merupakan gunung es dengan ketinggian diatas 4000mdpl sehingga peralatan harus sesuai dangan karakteristik gunung tersebut.

Empat hari tepat setelah pemberitahuan pemberangkatan yaitu pada tanggal 20 September 2018 adalah hari pemberangkatan saya menuju Papua. Pagi hari sebelum pemberangkatan diadakan upacara pelepasan dan doa bersama di depan Gedung Pendidikan Dokter FK UNS. Dari jawa saya berangkat dengan teman dari Yogyakarta. Kami sepakat untuk terbang bersama menuju Timika Papua dari bandara Adi Sucipto Jogja. Dari Solo saya diantar teman-teman Vagus menggunakan kereta prameks menuju Jogja. Ditemani hujan yang membasahi kendaraan darat beroda besi ini kami meluncur menuju stasiun Maguwoharjo. Sampai disana kami sudah ditunggu mas Andi teman saya yang kebetulan dapat mengantarkan saya ke Carstenzs. Kami terbang dengan maskapai Lionair tujuan Timika dengan transit di Makassar dan Sorong. Dengan penerbangan pukul 15.00 dan ketibaan di Timika keesokan pada hari jumat tanggal 21 September.


Singkat cerita kami telah tiba di Timika Papua bandara Mozes Kilangin. Sesampainya disana kami disambut dengan anggota Brimob Timika yang juga merupakan partner pendakian kami nantinya. Dari bandara kami bersama dengan Brimob lanjut menuju markas komando Brimob Datasemen B Mimika. Kemudian kami packing ulang dan mengecek perlengkapan dan peralatan pendakian. Setelah semua dirasa siap kami berangkat menuju cek point pertama yaitu di kota Tembagapura PT. Freeport Indonesia. Kami berangkat menggunakan kendaraan tambang 4wheeldrive landrover yang sudah dimodifikasi dengan lapisan anti peluru dari Freeport. Mengingat situasi di Papua terutama disekitaran Freeport sering terjadi penembakan. Saya, mas Andi dan 3 anggota Brimob Timika yaitu pak Rama, pak Wahid dan pak Korwa berangkat dari Mako pukul 14.00 WIT dengan estimasi perjalanan sampai Tembagapura 2800mdpl sekitar 4jam perjalanan. Ditengah perjalanan kami mendapat kendala pertama. Ban belakang sebelah kanan bocor sehingga kami harus mengganti ban ditengah jalan dengan suasana menenggangkan dan waswas ada penyerangan hehe. Maka kami secepat mungkin segera menyelesaikan penggantian ban. Tepat petang hari setelah mahgrib kami tiba di kota Tembagapura. Dan kami menginap sehari di sana. Pendakian dilanjutkan esok hari.


Pagi hari Sabtu 22 September kami memulai perjalanan dari penginapan pukul 06.00 WIT dengan kendaraan yang sama. Perjalanan dilanjut menuju stasiun cabletrain Freeport. Cabletrain ini menantarkan kami dari ketinggian 3000an ke 4000an mdpl dengan waktu kurang dari 30 menit. Disinilah biasanya para pendaki dapat terkena AMS. Sesampai di pemberhetian akhir kami lanjutkan perjalanan dengan mobil jip menuju Zebra Wall melewati di dalam area pertambangan Freeport. Zebra wall adalah titik start kami memulai pendakian dengan berjalan kaki. Dari situ kami menuju ke basecamp danau-danau dengan estimasi perjalanan 5 jam. Dengan medan yang cukup terjal dan juga bebatuan yang tajam khas gunung Carstenzs. Disepanjan jalan menuju basecamp 4200mdpl saya medapati danau-danau indah dengan warna biru hijau toska khas gunung Carstenzs, ada sekitar 6 danau yang saya jumpai di perjalanan menuju basecamp. Ternyata kami tiba di basecamp lebih cepat dari waktu estimasi yang kami perkirakan, dari estimasi 5 jam kami dapat menempuhnya dengan 3 jam perjalanan. Disinilah saya mulai merasakan gejala AMS yang mengejutkan saya sendiri, karena baru pertama kalinya saya kena gejala AMS. Kepala terasa pusing dan pandangan mulai tak focus, tapi masih bisa foto-foto kok hehe. Bergegas kami membangun dome karena langit mulai mendung. Dan benar saja tak lama setelah dome berdiri hujan pun turun. Yang mengejutkanya tidak cuma air yang jatuh dari langit tapi butir-butir es pun jatuh dan terpantau temperature udara pada saat itu menunjukan 0â?°C pada jam tangan canggih punya komandan Rama. Singkat cerita setelah kami mengisi perut segera kami bergegas istirahat mengingat besok akan melanjutkan pendakian pukul 00.00.


Minggu dini hari pukul 00.00 WIT 23 September kami melakukan persiapan pendakian menuju puncak Carstenzs Piramyd 4884 mdpl. Dari sini kami sudah harus memakai peralatan pendakian untuk jumaring dan juga pakaian tahan air serta hangat. Harness, helm, cowstail, jumar, desender, carabiner, headlamp, sepatu dan juga jaket gunung es tahan air. Saat itu memang cuaca tidak cerah betul, pemberangkatan summit kami ditemani rintik gerimis. Kami berjalan lagi sekitan 45 menit menuju tebing start pendakian dengan jumaring. Dalam pendakian ini banyak menggunakan otot-otot tangan mengingat kita harus jumaring menaiki tebing sejauh 1,5km. Tehnik dan pengetahuan tentang jumaring mutlak diperlukan disini untuk keselatan diri masing-masing. Dan memilih lintasan yang benar mengingat tidak semua lintasan aman digunakan. Sayang sekali karena cuaca yang kurang bagus penorama sunrise kurang terlihat. Sepanjang jalan ini sudah dapat dijumpai salju yang menyelimuti permukaan tebing. Dan ditengah perjalanan salju turun, pemandangan yang baru pertama saya rasakan dihujani salju. Kami harus menaiki tebing melewati rekahan dan juga jembatan yang terbuat dari sling baja untuk dapat mencapai puncaknya. Dengan terpaan hujan salju kan temparatur dingin saya harus tetap bertahan dan berusahasa semaksimal mungkin untuk dapat mencapai puncak Carstenzs. Tibalah saya di puncak Carstenzs Piramyd pukul 10.00 WIT, terbayar segala cerih payah dan ketakutan yang terjadi. Sungguh tidak mengangka saya bisa menginjakan kaki di puncak tertinggi Indonesia 4884mdpl . Setelah berfotoria dan menikmati puncak, kami bergegas turun karena kondisi cuaca yang semakin memburuk. Turun pun tidak bisa turun jalan berjalan biasa, kami harus rappelling. Menurutku turun lebih mengerikan katimbang naiknya. Karena kita tidak tahu apa yang terjadi dibawah dan kalo tidak behati-hati bisa tali habis sebelom sampai pitch tanpa kita sadari dan bisa membuat kita terjatuh. Kami sampai di camp kembali pukul 14.00. kami berniat istirahat makan sebentar dan langsung menlanjutkan turun, namun karena kondisi dan cuaca yang tidak mendukung maka kami memmutuskan untuk turun esok hari.







Pagi hari 24 September setelah sarapan bergegas packing dan turun. Pukul 08.00 WIT kami mulai berjalan turun, menuju Zebra Wall titik penjemputan mobil. Cukup waktu 2 jam kami sudah tiba di titik penjemputan dan turun ke kota tembagapura untuk mengambil barang-barang yang kami tinggalpan di penginapan. Dan kemudian turun ke kota Timika pukul 14.00, beristirahat di Mako brimob. Karena penerbangan menuju Jogja masih besok pagi. Singkat cerita esok hari 25 September packing dan bersiap menuju bandara Timika untuk pulang. Kali ini penerbangan hanya transit di Makassar dengan maskapai Sriwijaya air dengan penerpangan pikul 12.45 WIT sampai di Jogja pukul 20.30 WIB. Sampai dijogja saya dijemput mobil dan pulang ke Solo. Sesampainya di beskem Vagus pukul 22.00 WIB saya disambut dengan meriah oleh teman-teman dan dibikinkan acara syukuran makan-makan kecil-kecilan. Sungguh bahagia itu sederthana.