fk@fk.uns.ac.id +62 271 664178

Dosen Psikologi FK UNS Berliana Widi Scarvanovi, M.Psi., Psikolog: 'Gender Ooh Gender'


 

Pemahaman masyarakat tentang gender saat ini ternyata masih belum sepenuhnya benar. Hal ini diketahui pada saat melakukan kegiatan sosialisasi Gender baik di tingkat Kecamatan maupun Desa. Banyak peserta sosialisasi yang menganggap bahwa gender itu identik dengan perempuan bahkan ada yang berpendapat bahwa gender itu sama dengan jenis kelamin.

Oleh karena itu masih diperlukan upaya untuk meluruskan pemahaman masyarakat tentang arti gender yang sebenarnya.

Gender berasal dari bahasa Latin, yaitu "genus", berarti tipe atau jenis. Gender adalah sifat dan perilaku yang dilekatkan pada laki-laki dan perempuan yang dibentuk secara sosial maupun budaya.  Karena dibentuk oleh sosial dan budaya setempat, maka gender tidak berlaku selamanya tergantung kepada waktu (tren) dan tempatnya.

Gender ditentukan oleh sosial dan budaya setempat sedangkan seks adalah pembagian jenis kelamin yang ditentukan oleh Tuhan
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa gender adalah:

Seperangkat sikap, peran, tanggung jawab, fungsi, hak, dan perilaku yang melekat pada diri laki laki dan perempuan akibat bentukan budaya atau lingkungan masyarakat tempat manusia itu tumbuh dan dibesarkan.

Direktorat Jenderal Kesetaraan Gender Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Vokasi (SV) Universitas Sebelas Maret (UNS) menyelenggarakan acara Webinar Setara 2022 secara daring melalui Zoom Cloud Meeting pada Sabtu (26/3/2022). Mengundang tiga Narasumber, salah satu narasumber yang diundang adalah Dosen Program Studi (Prodi) Psikologi  Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (FK UNS) Berliana Widi Scarvanovi, M.Psi., Psikolog. 

Dikutip dari materi yang disampaikan Berliana Widi Scarvanovi, M.Psi., Psikolog dalam acara Webinar tersebut: Kita harus menjadi generasi yang peduli terhadap kesetaraan gender. Ditegaskan pula bahwa  mewujudkan kesetaraan gender bukan berarti membuat perempuan menjadi sama seperti laki-laki.

Cara menjadi generasi yang peduli akan kesetaraan gender bisa dimulai dari diri sendiri, membiasakan pembagian kerja yang tidak berdasar pada tolak ukur gender, melakukan parenting terhadap anak laki-laki dan perempuan, serta memberikan kesempatan yang sama untuk anak laki-laki dan perempuan, hal ini untuk menghindari adanya diskriminasi gender. Ada pun bentuk diskriminasi gender yang biasanya ditemukan meliputi pembatasan pendidikan, pembatasan pekerjaan, pelecehan seksual, dan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Dampak dari seseorang yang mengalami diskriminasi gender, korban akan merasa terhina, malu dan terintimidasi, merasa bersalah, menurunnya motivasi, muncul gejala psikologis seperti depresi, gelisah dan gugup, serta dapat mengganggu kehidupan keluarganya, ketika hal ini terjadi, penanganan secara psikologis yang tepat untuk korban ialah membuat korban merasa aman, terhubung dengan orang lain dan memiliki harapan, membuat korban mendapatkan dukungan sosial dan emosional, dan merasa dapat membantu diri mereka sendiri.

Dikutip melalui Women‘s Studies Encyclopedia bahwasanya gender merupakan konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karateristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. HUMAS FK UNS.

 


Reporter  : Ari Kusbiyanto
Editor       : Muh. Dawud
                    Wartini