fk@fk.uns.ac.id +62 271 664178

Prof. Dr. Trisulo Wasyanto, dr., SpJP(K), FIHA, FAPSC, FAsCC Menjadi Guru Besar ke-49 FK UNS


 

Fakultas kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) kembali menambah satu guru besar baru. Penambahan guru besar ini setelah dikukuhkannya Prof. Dr. Trisulo Wasyanto, dr., SpJP(K), FIHA, FAPSC, FAsCC menjadi guru besar Fakultas Kedokteran dalam bidang Ilmu Jantung dan Pembuluh Darah Perawatan Intensif dan Kegawatan Kardiovaskuler pada Selasa, (16/01/2024) di Gedung Auditorium G.P.H Haryo Mataram UNS.

Prof. Trisulo sendiri merupakan guru besar ke-49 di Fakultas Kedokteran UNS dan guru besar yang ke-300 di UNS. Dalam pidato inagurasinya, beliau mengambil judul tentang ‘Peran Novel Biomarker dalam Diagnostik dan Prognostik Serangan Jantung Mendadak’.

Menurut Prof Trisulo, penyakit jantung koroner adalah penyebab kematian nomor satu di dunia, termasuk juga di Indonesia.

“Penelitian ini saya lakukan untuk mendiagnosis gejala penyakit jantung agar dapat ditangani dengan lebih cepat, oleh karenanya saya kembangkan biomarker baru sebagai penanda. Walaupun ada banyak biomarker yang sudah ada namun dalam penelitian saya ini menggunakan biomarker baru,” jelas Prof. Trisulo.

Menurutnya, biomarker adalah suatu penanda bagaimana kita bisa mengenali suatu penyakit jantung koroner supaya pasien segera mendapatkan penanganan dan tidak meninggal dunia.

(Geser untuk foto selanjutnya)

“Kematian ini biasanya terjadi karena pasien terlambat dibawa ke rumah sakit. Penyakit jantung ini terjadi karena aliran darah yang memberi makan ke otot jantung itu tersumbat oleh plak yang diakibatkan oleh faktor-faktor resiko seperti kolesterol tinggi, tekanan darahnya tinggi, asam uratnya tinggi, diabetes dan sebagainya sehingga menimbulkan plak,” ucapnya.

Lanjutnya, “Terapi untuk gejala ini adalah dengan dilakukan reperkusi, dilakukan dengan pemasangan ring. Di Rumah Sakit UNS, kita memiliki 3 alat untuk kateterisasi jantung. Dalam waktu 2 jam setelah pasien datang harus sudah dijalankan proses ini untuk menyelamatkan otot jantung pasien."

Prof. Trisulo menyampaikan jika time is muscle, waktu adalah otot. Semakin cepat ditangani maka semakin besar kemungkinan pasien terselamatkan, sebaliknya semakin lambat ditangani maka otot jantung akan semakin melemah dan mati.

Menyandang jabatan fungsional akademik tertinggi, yakni Profesor, membawa konsekuensi bahwa seorang Guru Besar setidaknya terikat kontrak kewajiban untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, menulis buku, publikasi ilmiah di jurnal internasional, dan menyebarluaskan gagasan. Jika hal tersebut tidak dapat terpenuhi, maka jabatan Profesor akan dicabut.

(Geser untuk foto selanjutnya)

“Oleh karena itu tidaklah salah jika kami selaku pimpinan perguruan tinggi meminta kepada para Profesor siap menjaminkan dedikasinya untuk produktif berkarya, dan senantiasa memberikan kontribusi terbaiknya bagi perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi,” ujar Rektor UNS, Prof. Dr. Jamal Wiwoho, S.H., M.Hum.

Prof. Jamal juga berharap guru besar yang ada di UNS untuk terus meningkatkan produktivitas publikasi, jurnal, riset dan pengabdian agar gelar yang telah didapatkan saat ini bisa bermanfaat dan tidak hanya sekedar pelengkap sebuah nama.


Humas FK UNS