PPDS Neurologi FK UNS Adakan Kegiatan International Epilepsy Day 2024
Penyakit epilepsi pada saat ini menurut World Health Organization (WHO) diderita oleh sekitar 50 juta orang di seluruh dunia. Namun dengan banyaknya penderita epilepsi ini belum diimbangi dengan pengetahuan yang cukup oleh masyarakat. Masih banyak stigma negatif dan penanganan yang salah ketika penderita epilepsi mengalami kejang dan kambuh penyakitnya.
Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) melalui Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Neurologi mengadakan kegiatan International Epilepsy Day 2024 pada Sabtu (17/02/2024) di Auditorium FK UNS.
Sebanyak 200an siswa-siswi SMP dan SMA di sekitar Kota Solo menghadiri acara ini selain juga dihadiri oleh Wakil Ketua PMI Kota Surakarta Bidang Organisasi, Dr. H. Sunarto Istianto, M.Si; Seksi SMA dan SLB Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII, Edi Purwanto, SE., M.M; Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Neurologi Indonesia (PERDOSNI) Cabang Surakarta, Dr. Pepi Budianto, dr., Sp.N(K); Kepala Bagian Neurologi FK UNS, dr. Rivan Danuaji, Sp.N(K) dan Plt. Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Manusia, Keuangan dan Logistik FK UNS, Dr. Diah Kurnia Mirawati, dr., Sp.N(K).
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang apa itu penyakit epilepsi dan bagaimana cara penanganan pada pasien epilesi saat penyakitnya kambuh. Selain itu kegiatan ini juga untuk memperingati International Epilepsy Day yang dirayakan setiap minggu kedua pada bulan Februari.
(Geser untuk foto selanjutnya)
Dalam sambutannya, dr. Rivan Danuaji berharap dengan kegiatan ini bisa meningkatkan pengetahuan peserta yang hadir tentang penyakit epilepsi dan cara penanganan yang tepat.
“Kegiatan ini memang kita harapkan menggugah atau membangkitkan kesadaran, awareness, meningkatkan pemahaman teman-teman semua tentang epilepsi sehingga nanti bisa berbuat lebih banyak sehingga tidak salah melangkah dalam penanganannya,” ucapnya.
Ketua PERDOSNI Cabang Surakarta, Dr. Pepi Budianto, dr., Sp.N(K) menyampaikan bahwa penderita epilepsi sama seperti orang pada umumnya.
“Mari kita bersahabat dengan teman-teman kita penderita epilepsi karena penderita epilepsi juga berhak untuk hidup seperti orang pada umumnya, seperti kita semuanya,” ucapnya.
Pada materi tentang overview Epilepsi dijelaskan oleh Dr. Diah jika penyakit ini salah satu tandanya adalah terjadinya kejang walaupun tidak semua kejang merupakan tanda dari penyakit epilepsi.
“Kejang terjadi ketika ada muatan listrik yang berlebihan pada neuron atau sel saraf sehingga menyebabkan gerakan yang tidak terkendali. Gejala yang terjadi tergantung pada daerah otak yang terganggu, apakah di lobus frontal, lobus temporal, lobus parietal, lobus oksipital yang semuanya itu masing-masing mempunyai pusat kontrol sendiri-sendiri,” jelas Dr. Diah.
(Geser untuk foto selanjutnya)
Lanjutnya dijelaskan jika salah satu area tersebut terganggu maka kontrol pada tubuh juga akan terganggu.
“Tidak semua gejala epilepsi saat kambuh itu semua tubuh akan kelojotan, ada yang gejala epilepsinya berjalan memutar-mutar atau bahkan hanya diam,” ucapnya.
Menurut dr. Krisandi Hartanto, ketenangan saat menangani orang yang sedang kambuh epilepsinya adalah hal yang penting agar tidak terjadi kesalahan saat penanganan yang bisa memperparah keadaan.
“Langkah pertama adalah tetap tenang, jangan panik. Jika pasien berada di tempat yang membahayakan, segera pindahkan ke tempat yang lebih aman. Jauhkan pasien dari benda-benda yang bisa melukai pasien. Miringkan pasien dan berikan alas yang empuk pada kepalanya. Longgarkan ikat pinggang atau krah baju pasien dan jangan memegangi pasien dengan kencang, biarkan saja pasien bergerak saat kejang namun tetap dalam pengawasan,” jelasnya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa jangan pernah memasukkan benda apapun kedalam mulut pasien atau memberinya air minum karena akan beresiko membuat pasien tersedak.
Kegiatan ini sangat menarik bagi ratusan peserta yang hadir, hal ini terlihat dari banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan saat sesi tanya jawab.
Menurut ketua pelaksana kegiatan International Epilepsy Day 2024, dr. Faris Khairuddin Syah, Sp.N stigma negatif dan mitos yang selam ini melekat pada penderita epilepsi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit epilepsi.
(Geser untuk foto selanjutnya)
Padahal menurutnya penyakit epilepsi bukanlah penyakit menular sehingga tidak perlu ada hal yang ditakutkan tentang penyakit epilepsi ini apalagi menjauhi penderita epilepsi.
“Saya berharap kita semua dapat hidup berdampingan dengan Orang Dengan Epilepsi (ODE), kita bisa memberikan respon yang sesuai, respon yang dibutuhkan agar orang dengan epilepsi bisa hidup dengan nyaman, hidup tenang, sama seperti kita, bisa sekolah, bisa belajar dan bisa sukses berkarir,” harapnya.
Humas FK UNS