fk@fk.uns.ac.id +62 271 664178

UNS Adakan Seminar Ilmiah Nasional Hasil Kolaborasi dari 3 Fakultas


 

Penyakit bersumber binatang hingga kini masih menjadi masalah kesehatan di masyarakat dengan angka kesakitan dan kematian yang cukup tinggi, berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) dan atau wabah, serta memberikan dampak kerugian ekonomi masyarakat. Keberhasilan dalam pengendalian dan pencegahan penyakit bersumber binatang memerlukan sinergi antara berbagai pihak terkait.

Melihat permasalahan ini, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) bekerja sama dengan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS dan Fakultas Peternakan UNS mengadakan Seminar Ilmiah Nasional dengan mengambil tema “Strategi Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Bersumber Binatang di Indonesia” pada Sabtu (8/6/2024) di Ballroom Gedung Tower Ki Hadjar Dewantara UNS.

Menghadirkan keynote speaker, Prof. Agus Suwandono, dr., M.PH, Dr.PH dari Indonesia One Health University Network (INDOHUN) dan 4 orang narasumber yaitu Dr. Rita Kusriastuti, dr., M.Sc yang merupakan Ketua Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasitik Indonesia; drh. Arif Wicaksono, M.Si selaku Koordinator Subtansi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan (P3H); Triwibowo Ambar Garjito, S.Si., M.Kes., Ph.D dari Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi, Organisasi Riset Kesehatan, BRIN; Dr. Dhani Redhono Harioputro, dr., Sp.PD., KPTI dari FK UNS. Seminar yang diadakan secara hybrid ini dihadiri lebih dari 400 peserta baik yang hadir luring maupun daring.

Plt. Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UNS, Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, MS dalam sambutannya menyampaikan jika negara Indonesia yang beriklim tropis ini sangat rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh binatang.

(Geser untuk foto selanjutnya)

“Kalau melihat seperti ini mestinya kita sudah bisa mengatasi penyakit-penyakit yang bersumber dari binatang, mulai yang kecil dari nyamuk seperti malaria, demam berdarah hingga burung atau kelelawar dan sebagainya. Apalagi negara ini negara tropis sehingga semua makhluk hidup termasuk juga mikroorganisme tidak pernah ada masa untuk istirahat karena tidak pernah ada suhu dibawah 4 derajat celcius. Sehingga kita butuh inovasi yang baik dibandingkan negara-negara dengan suhu rendah,” jelasnya.

Menurut Prof. Yunus, walaupun negara dengan iklim tropis mempunyai tantangan yang besar namun sumber daya alam yang sangat luar biasa di negara tropis mempunyai potensi yang luar biasa untuk dikembangkan.

“Sumber daya alam sudah diberikan oleh Tuhan Sang Pencipta namun kita tidak bisa sendiri-sendiri, harus bersatu, duduk bersama, antara ahli farmasi, ahli biologi maupun ahli kedokteran. Kalau tidak seperti itu tidak akan menghasilkan produk yang diperlukan yang mana kita harus tahu bahwa iklim tropis ini disamping tantangannya besar tetapi sekaligus juga menyediakan sumber daya alam untuk diramu dan dimanfaatkan, tinggal kita mau berpikir untuk mengolahnya atau tidak,” ucapnya.

(Geser untuk foto selanjutnya)

Prof Agus Suwandono dalam paparannya menjelaskan jika 3 dari 5 penyakit infeksi emerging baru setiap tahunnya adalah penyakit zoonosis.

“Penyakit atau infeksi ini dapat secara alami ditularkan melalu hewan vertebrata ke manusia dan sebaliknya atau bisa juga bolak-balik penularannya antara hewan dan manusia. Penyebab penyakit ini dapat berupa bakteri, parasit, virus, jamur dan agen non konvensional,” jelasnya.

Faktor sosial budaya seperti memakan hewan liar, melakukan kontak atau memelihara hewan liar juga menambah tinggi resiko penyebaran penyakit ini. Selain itu terdapat potensi yang tinggi dari nyamuk, tikus dan kelelawar sebagai vector dan reservoir penyakit di Indonesia.

“Selain menimbulkan korban jiwa, emerging reemerging desease itu juga mengakibatkan economic shock di dunia. Sebagai contoh yang paling besar adalah Covid-19 yang mengakibatkan tak kurang dari 60 negara mengalami kolaps perekonomiannya dikarenakan masalah Covid-19,” terangnya.

Sehingga menurutnya, konsep One Health adalah pendekatan terbaik untuk menangani penyakit zoonosis ini. One Health sendiri dikenal sebagai kesehatan manusia, hewan dan ekosistem yang saling terkoneksi diantara ketiganya dan sektor lain yang terkait. Hal ini meliputi pendekatan yg mengedepankan kooperasi, koordinasi, komunikasi, dan kolaborasi (4K) antardisiplin (transdiciplinary) dan antar sektoral (cross sectoral) untuk mengantisipasi potensi atau risiko dan mengendalikan zoonoses yg berasal dari interface antara hewan atau satwa, manusia dan ekosistem serta masalah kesehatan kompleks lainnya.

(Geser untuk foto selanjutnya)

Namun untuk mengimplementasikan konsep One Health ini masih banyak tantangannya. Menurut Prof. Agus Suwandono perlu adanya Tim Koordinasi Pengendalian Zoonosis yang sifatnya permanen baik di tingkat nasional maupun sub nasional agar dapat melaksanakan prinsip kooperasi, koordinasi, komunikasi dan kolaborasi dalam upaya deteksi dini, pencegahan dan respon cepat terhadap ancaman dari zoonosis ini.

“Selain itu dirasa perlu untuk menyisipkan kompetensi soft skill One Health pada mata kuliah-mata kuliah di fakultas dengan rumpun kesehatan,” ucapnya.


Humas FK UNS