Mahasiswa Prodi Kedokteran Mengambil Aksi Melawan Ancaman Tembakau
Data terbaru mengungkapkan bahwa satu dari sepuluh anak berusia 10-18 tahun di Indonesia sudah menjadi perokok aktif, menempatkan negara ini di posisi teratas dalam tingkat merokok remaja secara global. Meskipun pemerintah telah menetapkan larangan penjualan produk tembakau kepada anak di bawah 18 tahun, Survei Tembakau Pemuda Global 2019 mencatat bahwa lebih dari 40 persen pelajar berusia 13-15 tahun telah menggunakan produk tembakau. Fakta ini semakin memperjelas betapa mendesaknya tindakan lebih lanjut untuk melindungi generasi muda.
Penggunaan tembakau yang meluas di kalangan anak-anak dan remaja menempatkan masa depan mereka dalam bahaya besar. Tembakau menjadi faktor risiko kedua terbesar bagi kematian dini dan kecacatan di Indonesia. Setiap tahunnya, lebih dari 600.000 kematian di Indonesia disebabkan oleh paparan asap rokok, dan 28 persen di antaranya adalah anak-anak. Selain itu, biaya perawatan kesehatan untuk penyakit yang diakibatkan oleh rokok terus membebani anggaran nasional.
Di tengah meningkatnya kekhawatiran atas dampak buruk tembakau pada kesehatan anak muda di Indonesia, pada Juli-Agustus 2024, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) 278 Desa Kepyar yang terdiri dari 5 mahasiswa Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Sebelas Maret (UNS) terjun ke 3 Sekolah Dasar (SD) yang ada di Desa Kepyar, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri untuk melakukan sosialisasi bahaya rokok. Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan cara yang menarik, seperti memperkenalkan bahan-bahan penyebab bahaya rokok, memperlihatkan film pendek, dan melakukan mini experiment mengenai cara paru-paru bekerja dan efek rokok pada paru-paru.
(Geser untuk foto selanjutnya)
Dalam program edukasi dini ini, para mahasiswa Kedokteran memaparkan bahan-bahan rokok yang berbahaya bagi tubuh dengan cara yang unik dan interaktif, salah satunya dengan memberikan funfact mengenai bahan-bahan tersebut. Sebagai contoh, dalam materi dikenalkan bahan butane yang merupakan bahan dari korek api. Selain itu, terdapat juga bahan methanol yang menjadi bahan bakar roket. Dengan edukasi ini, diharapkan anak-anak menjadi makin sadar akan bahaya rokok.
Setelah dilaksanakan pemaparan materi, juga dilaksanakan mini experiment mengenai cara paru bekerja dan efek rokok pada paru-paru. Eksperimen ini menggunakan bahan yang mudah didapatkan seperti botol, kapas, dan rokok. Saat di kelas, anak-anak pun memperhatikan dengan sangat antusias.
Angelina, salah satu mahasiswi yang terjun dalam program tersebut menyerukan pentingnya peran anak-anak dari tingkat pendidikan paling dasar dalam memutus rantai penggunaan tembakau. "Walaupun masih kecil, tetapi penting untuk memberi edukasi agar saat menjalani kehidupan remaja, mereka tidak terpengaruh dalam penggunaan rokok. Menurut saya, mereka pun harus berani memutuskan rantai tembakau, bukan memperpanjangnya," tegasnya.
Tim KKN yang berada di Kecamatan Purwantoro ini pun melanjutkan penerapan Kawasan Tanpa Rokok di 3 Sekolah Dasar yang menjadi target program ini. Angelina pun menuturkan bahwa sebenarnya United Nations Children's Fund (UNICEF) dan Indonesian Youth Council for Tobacco Control (IYCTC) pun telah gencar menghimbau penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di seluruh Indonesia. Langkah ini didorong oleh kesadaran akan pentingnya menciptakan lingkungan sehat bebas rokok, terutama di tengah prediksi tentang dominasi populasi usia produktif di Indonesia dalam beberapa tahun ke depan.
Humas FK UNS